
Kisah Tina & Dampak Broken Home pada Anak: Lebih dari Sekadar Perpisahan
Hati siapa yang tak terenyuh melihat video viral seorang murid SD bernama Tina, yang harus mengambil rapornya sendiri sambil menangis sesenggukan? Kisah pilu ini membuka mata kita akan realita yang sering terjadi di sekitar, terutama tentang dampak broken home pada anak-anak. Video yang diunggah oleh Bu Mita, guru Tina, sontak menyebar dan menyentuh banyak hati.
Kejadian di sekolah ini bukan hanya sekadar momen pengambilan rapor, melainkan sebuah cerminan mendalam tentang bagaimana perceraian atau perpisahan orang tua bisa memengaruhi psikis dan emosional seorang anak. Lantas, bagaimana sebenarnya cerita di balik tangisan Tina?
Kisah Tina: Potret Nyata Dampak Broken Home pada Anak SD
Video yang viral itu menunjukkan Tina yang tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan gurunya, Bu Mita. Bukan tanpa alasan, Tina harus menghadapi hari pengambilan rapor sendirian, tanpa kehadiran ayah atau ibunya. Momen yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan dan kebanggaan bersama orang tua, justru berubah menjadi saat-saat paling berat bagi Tina.
Bu Mita, sang guru, dengan sabar mencoba menenangkan Tina yang terus menangis hingga dua jam lamanya. Tentu, ini bukan hal yang mudah bagi seorang anak seusia Tina. Kehadiran orang tua di momen penting seperti ini sangatlah vital, bukan?
Mengapa Tina Ambil Rapor Sendiri? Kisah di Balik Air Mata Anak SD Ini
Setelah diselidiki, ternyata Tina adalah anak dari keluarga yang mengalami broken home. Orang tuanya sudah berpisah. Bu Mita sempat berusaha menghubungi ayah Tina yang sudah menikah lagi. Ayahnya berjanji akan datang, namun batal karena motornya rusak.
Bagaimana dengan ibunya? Sayangnya, keberadaan sang ibu tidak diketahui dan jarang pulang ke rumah. Tina sendiri kini hanya tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Ia juga sering berkunjung ke rumah neneknya tempat ayahnya tinggal.
Lebih dari Sekadar “Broken Home”: Ini Soal Kepedulian Orang Tua
Bu Mita dalam unggahannya menegaskan bahwa ini bukan melulu tentang broken home atau perpisahan orang tua. Menurutnya, ini adalah tentang kepedulian seorang orang tua terhadap anaknya.
“Ini bukan tentang broken home, ini tentang kepedulian seorang orang tua terhadap anaknya,” tulis Bu Mita di TikToknya.
Beliau juga menambahkan bahwa anak tidak bisa memilih lahir dari keluarga yang seperti apa atau dalam keadaan bagaimana. Oleh karena itu, kewajiban untuk memberikan perhatian dan kepedulian adalah tugas mutlak orang tua. Anak berhak mendapatkan itu.
Memahami dan Mendukung Anak Terdampak Dampak Broken Home
Kisah Tina hanyalah satu dari sekian banyak potret anak-anak yang merasakan dampak broken home. Perpisahan orang tua memang bisa menjadi pilihan terbaik, namun bukan berarti tanggung jawab terhadap anak juga ikut terpisah. Anak-anak membutuhkan:
- Kehadiran Emosional: Merasa didengar dan dipahami, meskipun tidak tinggal serumah.
- Dukungan Konsisten: Baik dari segi materiil maupun moral dari kedua orang tua.
- Rasa Aman: Tahu bahwa mereka dicintai dan didukung oleh kedua belah pihak.
- Komunikasi Terbuka: Kesempatan untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi.
Memberikan dukungan optimal ini sangat penting untuk psikologi anak, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang secara sehat.
Refleksi: Pentingnya Kehadiran Orang Tua, Bahkan Setelah Berpisah
Kisah Tina adalah pengingat bagi kita semua, terutama para orang tua yang mungkin sedang atau sudah berpisah. Perceraian memang mengakhiri hubungan suami istri, tapi tidak pernah mengakhiri peran sebagai ayah dan ibu. Anak-anak tetap membutuhkan kedua figur tersebut dalam hidup mereka.
Mari kita tingkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap anak-anak, karena mereka adalah anugerah yang berhak mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh, tidak peduli apa pun kondisi keluarga kita. Semoga kisah Tina bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
You may also like

BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Libur Nataru 2025/2026!

Libur Nataru Musim Hujan: 5 Tips Agar Tetap Asyik & Aman

